RAJIB FAHMI (@A16-RAJIB)
Abstrak
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen dalam suatu
organisasi, pelaksanaannya sangat perlu untuk dimaksimalkan karena mencegah dan
meminimalisir terjadinya penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan dalam
berfungsi sebagai sarana peningkatan profesionalisme. Perusahaan sebagai salah
satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai
dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam
mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian prestasi atau
kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan baik pihak internal maupun eksternal. Hal ini sangat penting agar
sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan dan
strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan dengan cara
restrukturisasi.
Kata kunci: Organisasi, profesionalisme dan kinerja
Pendahuluan
Proses pengelolaan proyek harus melalui suatu perencanaan seperti
diorganisasi, diarahkan, dikoordinasi, dan dikontrol dengan baik agar supaya
tujuan dapat tercapai dengan baik secara efisien dan efektif. Adapun
langkah-langkah yang mengantarkan orang kepada manajemen proyek adalah
1. Perlu mengidentifikasi kesempatan berusaha atau melakukan
kegiatan kegiatan investasi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk proyek.
2. Menghayati karakteristik serta batasan-batasan proyek sebelum
mengambil keputusan untuk mengadakan suatu investasi proyek.
3. Menyadari bahwa manajemen proyek perlu diberi wadah dalam suatu
organisasi tertentu.
Pembahasan
Organisasi Proyek
Organisasi proyek adalah sebagai sarana dalam pencapaian tujuan
dengan mengatur dan mengorganisasi sumber daya, tenaga kerja, material,
peralatan dan modal secara efektif dan efisien dengan menerapkan sistem
manajemen sesuai kebutuhan proyek. Agar tujuan organisasi dapat dicapai,
dilakukan proses sebagai berikut:
1. Identifikasi dan pembagian kegiatan:
2. Pengelompokan penanggung jawab kegiatan:
3. Penentuan wewenang dan tanggung jawab :
4. Menyusun mekanisme pengendalian: .
Jenis Organisasi Proyek Hobbs dan Menard (Hobbs, 1993)
mengidentifikasi 7 faktor yang berpengaruh dalam pemilihan struktur organisasi
manajemen proyek yakni:
1. Ukuran proyek
2. Kebijakan strategis
3. Kebutuhan terhadap inovasi terbaru
4. Kebutuhan terhadap integrasi (jumlah departemen yang terlibat)
5. Kompleksitas lingkungan
6. Konstrain waktu dan anggaran
7. Stabilitas permintaan sumber daya
Dari sekian banyak organisasi yang ada, yang lazim dipergunakan
dalam organisasi proyek adalah sebagai berikut:
1.
Organisasi Garis (Line Organization) Sangat umum ditemui dalam
pekerjaan konstruksi yang tidak terlalu besar. Ciri-ciri organisasi ini antara
lain; tujuannya sederhana, jumlah personel sedikit, hubungan pimpinan dan
anggotanya secara langsung. Organisasi ini hanya dapat. berjalan dengan baik
apabila pimpinan mempunyai kemampuan manajerial yang baik, karena semua
kemajuan dan kemunduran tergantung pimpinan.
2.
Organisasi Fungsional (staff organization) Organisasi yang memiliki
susunan dari satuan-satuan yang menangani tugas-tugas spesifik sesuai deengan
kebutuhan organisasi dan dilengkapi sub[1]ordinat.
Untuk itu organisasi jenis ini sering juga dijumpai pada lembaga swasta ataupun
kebanyakan organisasi lembaga birokrasi pemerintah. Ciri-ciri organisasi
fungsional antara lain; pembagian tugas jelas dan tegas, tidak banyak
memerlukan koordinasi, unit-unit organisasi berdasarkan spesialis kegiatan, dan
level dibawah pimpinan puncak dapat langsung mempunyai wewenang memberikan
perintah langsung pada unit-unit bawahan masing-masing.
3.
Organisasi Matrik Dalam susunan organisasi matrik untuk setiap
proyek diperkenalkan seorang koordinator. Koordinator tersebut masih bertugas
dalam satuan organisasi atau departeman fungsionalnya. Namun diserahi tanggung
jawab penuh atas pelaksanaan proyek. Organisasi matrik membebankan susunan
samping terhadap tata jenjang(hirarki) vertikal yang ada. Bentuk susunan organisasi
matrik seperti ganbar dibawah ini. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
1. Kebutuhan akan organisasi
proyek, sangat dibutuhkan dan berkaitan skala besar kecilnya suatu proyek.
2. Dalam suatu organisasi proyek dibutuhkan inovasi terbaru dan
kebutuhan jumlah interface eksternal, konstrain waktu dan anggaran sehingga
dapat dipantau penyimpangan waktu dan anggaran pada setiap pelaporan proyek.
3. Penerapan WBS (Work Breakdown Structure), dan OAT (Organization
Analysus Table) diperlukan pada organisasi proyek konstruksi agar dapat
menempatkan setiap personil sesuai dengan kebutuhan organisasi dan keahliannya
masing-masing.
Kesimpulan
diketahui bahwa pengorganisasian termasuk ke dalam fungsi manajemen. Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu manajemen personalia harus menyusun struktur organisasi. Keuntungan dari pengorganisasian yang baik, antara lain:
a. Menjelaskan siapa yang akan melakukan apa.
b. Menjelaskan siapa yang memimpin siapa.
c. Menjelaskan saluran-saluran komunikasi.
d. Memusatkan sumber-sumber daya terhadap sasaran-sasaran
Flippo, E. B. (1995). Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga.
Garvin, B. D. A. (2000). Learning in Action. Boston: Harvard
Business School Press.
Hobbs, B. & Menard, P. (1993). Organizational choices for
project management. In P.C. Dinsmore (Ed), The AMA handbook of project
management. New York: AMACON.
Reksohadiprodjo, S. (1983). Manajemen Proyek. Yogyakarta: BPFE.
Schiro, J. J. (2000). Memos to the President: Management Advice
from the Nation’s Top Ceos (Signed). New York: John Wiley & Sons.
Stoner, J. A. F., & Freeman, R. E. (1994). Manajemen (5th ed.).
Jakarta: Intermedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.