Oleh: Vanie
Cahyani Rachmanindya (@A17-VANIE)
PENDAHULUAN
Setiap
proyek direncanakan, dianggarkan, dijadwalkan, dan dikendalikan sebagai tugas
yang unik, bersifat multidisiplin dan harus melihat batasan-batasan antar
departemen. Karena melintasi batas departemen ini, maka suatu proyek memiliki kecenderungan
terjadinya konflik antar kelompok karena adanya faktor ketidakpastian. Gray dan
Larson (2003) mendefiniskan proyek sebagai suatu sistem bersifat komplek, tidak
rutin, dikerjakan pada satu titik waktu yang dibatasi oleh anggaran,
sumberdaya, dan spesifikasi kinerja yang didesain untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan. Oleh karena itu proyek tidak dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang
bersifat statis dalam jangka panjang tetapi sebagai sebuah sistem yang bersifat
dinamis penuh ketidakpastian, beresiko, dan penuh tekanan baik secara internal
maupun eksternal. Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu
proyek, maka suatu proyek tidak dapat lepas dari resiko proyek
Meyer
et.al (2002) mendefinisikan manajemen resiko proyek sebagai faktor
ketidakpastian, dapat bersifat positif atau negatif yang secara signifikan
mempengaruhi pencapaian kinerja proyek. Manajemen resiko adalah suatu praktek
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan faktor-faktor tersebut untuk
menghindari atau mengurangi potensi pengaruh negatif. Barki et al. (2001)
mendefinisikan manajemen resiko proyek sebagai sebuah konstruk yang bersifat
multidimensional diukur dengan perencanaan formal, integrasi internal, dan
partisipasi pengguna. Perencanaan formal didefiniskan sebagai kaitan antara
perencanaan, penjadwalan, dan anggaran yang menjamin efisisensi dan waktu
pelaksanaan proyek. Integrasi internal didefiniskan sebagai interaksi mutual
antara anggota pelaksana proyek.
PEMBAHASAN
Konsep Project risk
Berbagai
definisi mengenai resiko proyek dilihat dari berbagai sudut pandang oleh
peneliti. Resiko adalah kemungkinan bahwa terjadinya kesalahan selama periode
waktu terbentuknya proyek (Royal Society dalam Edward and Bowen, 1998). Hillson
(2003) mendefinisikan manajemen resiko sebagai pendekatan manajemen dalam
mencapai keselarasan antara kondisi yang tidak pasti untuk meminimalisasi
ancaman dan memaksimalkan kesempatan ketika proyek fokus pada usaha pencapaian
tujuan. Analisis resiko menurut Edward and Bowen (1998) adalah penilaian secara
sistematik terhadap variabel keputusan yang merupakan subyek dari resiko dan
ketidakpastian. Proses analisis resiko adalah membentuk kemungkinan terjadinya
kesalahan proyek; membentuk batasan asumsi yang dihubungkan dengan
ketidakpastian; mengukur pengaruh potensial dari outcome proyek yang beresiko.
Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Proyek
Process
performance sebagai keberhasilan dari proses yang dikembangkan (seperti proyek
dapat selesai tepat waktu pada anggaran yang sudah ditetapkan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan proyek menurut Cafasso dalam Jiang et al., 2000:
·
Identifikasi dari keterlibatan pengguna proyek.
·
Dukungan management eksekutif/manager proyek.
·
Perencanaan proyek yang tepat.
·
Harapan yang realistis mengenai proyek.
·
Pernyataan yang jelas mengenai kebutuhan
mengenai lima factor utama yang mempengaruhi keberhasilan proyek.
Manajemen
resiko sebagai aktivitas untuk mengkompensasi adanya ketidakpastian yang
melekat pada manajemen proyek, dan sebagai aktivitas yang proaktif dan bukan
reaktif dalam usaha untuk mencapai performance proyek. Manajemen resiko ini
akan mengurangi kejadian yang tidak diharapkan dan membawa pengertian yang
lebih baik mengenai outcome dari kejadian negatif. Dimana kemampuan
mengidentifikasi resiko proyek pada semua level manajemen proyek akan
berpengaruh pada perbaikan performance proyek. Manajemen resiko dapat
menghandel resiko sebelum proyek berjalan atau ketika resiko terjadi, dapat
meminimalkan biaya, penundaan, tekanan, dan ketidaktahuan suatu proyek sehingga
akan menjamin proyek berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau memenuhi
spesifikasi tertentu.
Proses Manajemen
Resiko
Proses manajemen resiko
(Gray and Larson, 2003) meliputi empat fase proses, yaitu:
·
Identifikasi resiko. Menganalisis proyek untuk
mengidentifikasi sumber resiko.
·
Penilaian resiko. Penilaian mengenai pengaruh
yang ditimbulkan, kemungkinan yang terjadi, dan pengendaliannya.
·
Mengembangkan respon terhadap resiko termasuk
kemungkinan untuk mengurangi kerusakaan, dan mengembangkan perencanaan kontingensi.
·
Mengendalikan respon terhadap resiko yang
meliputi perbaikan strategi resiko, monitoring dan melakukan penyesuaian
perencanaan untuk resiko baru, serta melakukan perubahan manajemen.
KESIMPULAN
Suatu proyek
tidak lepas dari resiko yang bersumber dari internal dan external organisasi
karena adanya ketidakpastian. Manajemen proyek bertujuan agar tercapai
penyelesaian proyek yang tepat waktu, tepat anggaran, tepat spesifikasi dengan
kata lain performance proyek sangat dipengaruhi oleh kriteria atau spesifikasi
performance yang ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan manajemen
resiko yang baik untuk mencapai performance proyek. Performance proyek akan
meningkat jika organisasi mampu membentuk fit yang tinggi antara risk exposure
dan risk management profile.
DAFTAR PUSTAKA
Barki, H; Rivard, S; and Tablot, J. 2001. An integrative
contingency model of software project risk management. Journal of Management
Information Syatem, 17, 4, 37-69.
Gray, F Clifford and Erik W. Larson, 2003. Project
Management J@TI Undip, Vol II, No 2, Mei 2007 83 the Managerial Process,
international edition, Mc Graw Hill.
Edwards, P.J and P.A Bowen, 1998. Risk and risk management
in construction: a review and future directions for research. Engineering
Construction and Architectur Management, 6, 4, 339- 349.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.